Sejarah Ukiran Jepara; Versi Cerita Rakyat yang Unik dan Peristiwa Bersejarah



Sejarah ukiran Jepara yang nantinya menjadi industri furniture Jepara ternyata menarik untuk diketahui. Jepara memang dikenal sebagai daerah industri mebel di Indonesia. Meskipun terdapat berbagai daerah penghasil produk furniture selain Jepara, namun gaya furniture dari daerah ini memiliki ciri khas tersendiri.

Apakah Anda sudah pernah mengetahui dari mana asal usul ukiran Jepara? Ada lebih dari satu versi yang menceritakan sejarah ukiran daerah Jepara ini. Mulai dari cerita rakyat hingga fakta sejarah yang terjadi di masa lampau. Simak sejarah bagaimana asal usul kemampuan seni ukir masyarakat Jepara yang melahirkan banyak mebel Jepara yang khas berikut ini.

Profil Jepara

Jepara adalah sebuah Kabupaten di Jawa Tengah yang lokasinya berada di perbatasan Laut Jawa di barat dan utara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus di timur, serta Kabupaten Demak di selatan. Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan Karimunjawa, yang berada di Laut Jawa. Pulau Karimunjawa dikenal sebagai salah satu destinasi wisata yang bagus di Indonesia.

Saat ini Kabupaten Jepara dikenal sebagai salah satu daerah penghasil mebel yang paling banyak diantara produsen mebel di seluruh Indonesia. Bahkan furniture khas dari Kabupaten ini diekspor hingga ke berbagai negara melalui pelabuhan yang berada di daerahnya secara langsung. Keunggulan ini tidak terlepas dari bagaimana sejarah daerah ini di masa lampau.

Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579), Jepara berkembang pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani ekspor impor. Disamping itu juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah dirintis sejak masa Kerajaan Demak. Melalui dukungan Sang Ratu pula ukiran Jepara dapat dikembangkan dan menjadi penggerak perekonomian hingga saat ini.

Ukiran Jepara, sumber Kompas Regional
Ukiran Jepara, sumber Kompas Regional


Tercatat pada tahun 2011, daerah ini memiliki sekitar 12.000 rumah industri dan 200 eksportir. Tiap pengrajin memiliki 5-15 tukang pengrajin. Di Jepara terdapat showroom terpanjang di dunia yang berderet-deret sepanjang 20 KM di jalan Senenan – Tahunan –Pecangaan.

Sejarah Ukiran Jepara

Ukiran Jepara memiliki beberapa versi sejarah seputar asal usulnya. Diantaranya cerita rakyat yang terdapat dua versi yang mirip namun berbeda. Selain itu terdapat juga asal usul yang berasal dari jejak peninggalan peristiwa yang terjadi di masa lampau.

Suatu ketika Raja Brawijaya ingin memiliki lukisan istrinya dalam keadaan telanjang tanpa busana sebagai wujud rasa cinta sang raja. Oleh karena itu, seorang pengukir yang bernama Prabangkara dipanggil untuk mewujudkan keinginan sang Raja. Hal ini tentu merupakan hal yang sulit bagi Prabangkara, karena meskipun mengenal wajah sang istri raja, tapi dia tidak pernah melihat istri raja tanpa busana.

Dengan usaha keras dan imajinasinya, akhirnya Prabangkara berhasil mengerjakan lukisan tersebut. Namun keadaan menjadi tidak disangka-sangka. Akibat dari seekor cicak yang melewati dan membuat kotorannya pada lukisan tersebut, Raja Brawijaya malah menghukum Prabangkara.

Kotoran cicak yang menempel pada lukisan membuat lukisan istrinya menjadi sangat persis. Karena kotoran cicak tersebut tampak seperti tahi lalat pada tubuh Sang Ratu yang sebenarnya hanya diketahui keberadaannya oleh Sang Raja. Prabangkara dihukum karena dianggap telah melihat langsung tubuh Sang Ratu akibat kemiripan lukisannya ini.

Raja Brawijaya pun cemburu dan menghukum pelukis Prabangkara dengan mengikatnya di layang-layang, kemudian menerbangkannya. Layang-layang itu terbang hingga ke belakang gunung di Jepara dan mendarat di belakang gunung itu. Belakang gunung itu kini bernama Mulyoharjo di Jepara. Kemudian Prabangkara mengajarkan ilmu mengukir kepada warga Jepara pada waktu itu dan kemahiran ukir warga Jepara bertahan dan lestari hingga sekarang.

Mengukir Kayu Jati, sumber Jeparadise
Mengukir Kayu Jati, sumber Jeparadise


Sedangkan versi kedua dari asal usul yang berdasarkan cerita rakyat juga, memiliki kejadian yang hampir sama. Yaitu ada seorang seniman hebat yang bernama Ki Sungging Adi Luwih. Singkat cerita raja bermaksud memesan gambar untuk permaisurinya kepada Ki Sungging. Ki Sungging bisa menyelesaikan gambarnya dengan baik namun pada saat Ki Sungging hendak menambahkan cat hitam pada rambutnya, ada cat yang tercecer di gambar permaisuri tersebut bagian paha sehingga tampak seperti tahi lalat.

Namun takdir berkata lain ketika Sang Raja curiga kepada Ki Sungging. Sang Raja menduga Ki Sungging pernah melihat permaisuri telanjang karena adanya gambar tahi lalat pada pahanya. Akhirnya raja menghukum Ki sungging dengan membawa alat pahat disuruh membuat patung permaisuri di udara dengan naik layang-layang.

Ukiran patung permaisuri sudah setengah selesai tapi tiba-tiba datang angin kencang dan patung jatuh dan terbawa sampai Bali. Itulah sebabnya mengapa masyarakat Bali juga terkenal sebagai ahli membuat patung. Alat pahat yang dipakai oleh Ki Sungging jatuh di belakang gunung dan ditempat jatuhnya pahat inilah yang sekarang diakui sebagai tempat berkembangnya ukiran Jepara.

Sedangkan sejarah menurut peristiwa adalah di masa Ratu Kalinyamat. Ukiran Jepara sudah ada jejaknya pada masa Pemerintahan Ratu Kalinyamat (1521-1546) pada 1549. Sang Ratu mempunyai anak perempuan bernama Retno Kencono yang besar peranannya bagi perkembangan seni ukir.

Di kerajaan, ada seorang Menteri bernama Sungging Badarduwung yang datang dari Campa (Cambodia). Ratu membangun Masjid Mantingan dan Makam Jirat (makam untuk suaminya) dan meminta kepada Sungging untuk memperindah bangunan itu dengan ukiran. Sampai sekarang, ukiran itu bisa disaksikan di masjid dan Makam Sultan Hadlirin. Terdapat 114 relief pada batu putih. Pada waktu itu, Sungging berhasil memenuhi permintaan Ratu Kalinyamat.

Nah, itu dia sejarah ukiran Jepara yang saat ini dapat menghasil produk furniture yang khas di Indonesia. Semoga informasi ini dapat memberikan wawasan menarik bagi Anda. Pesan furniture khas Jepara sekarang juga.

Posting Komentar